Well Come

Senin, 28 November 2011

Homiletika Yakobus 5:13-18


A.   Pendahuluan
Bapak/ibu/saudara/I yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus…
Baru-baru ini, kita mendengar dan melihat diberbagai media informasi bahwa ada banyak  peristiwa aktual yang terjadi di dalam negeri kita, seperti gempa dan tsunami, meluapnya lahar dingin akibat letusan gunung berapi, terjadinya pembakaran gedung-gedung ibadah seperti yang dialami oleh saudara-saudara kita Jemaat HKBP, tuntutan untuk membubarkan Jemaat Ahmadyah karena dianggap sebagai organisasi yang mengajarkan ajaran sesat. Dan yang lebih memprihatinkan lagi adanya oknum-oknum tertentu yang selalu memikirkan bagaimana cara mereka untuk menimbun lumbung-lumbung mereka tanpa memperhatikan lumbung rakyat miskin yang masih belum berisi apa-apa, seperti kasus mavia pacak Gayus Tambunan yang sampai sekarang masih belum jelas hasilnya. Dan masih banyak lagi peristiwa aktual lainnya yang telah terjadi. Peristiwa aktual yang terjadi di luar negeri kita ini seperti kerusuhan yang terjadi di Timur Tengah, yakni ketika masa oposisi negara Mesir menurunkan presiden Mubarak dari takhtanya. Dan peristiwa lainnya yang baru-baru kita dengar ialah peristiwa gempa dan tsunami yang berkekuatan 9SR melanda Jepang yang mengakibatkan PLTN Jepang mengalami kerusakan di bagian generatornya sehingga muncul isu bahwa akan terjadi reaksi nuklir yang melanda 20 negara di sekitar Jepang, termasuk negara kita yang duduk dalam posisi nomor 4 sebagai negara sasaran reaksi nuklir tersebut. Semua peristiwa aktual ini mendatangkan keresahan dan penderitaan dalam semua aspek kehidupan kita. Baik secara Fisik maupun secara Mentalitas dan Spritual. Oleh karena itu, apa yang harus kita lakukan sebagai umat Kristen dewasa ini? Bagaimana tindakan kita dalam situasi waktu ini? Sudahkah kita berdoa dalam situasi yang sedang kita dengar dan alami sekarang ini?
B.    Isi
Bapak/ibu/sdr/I yang dikasihi oleh Tuhan…
Surat Yakobus, yang menulis suratnya sekitar tahun 80-90 M dan mengirimkannya kepada Jemaat Kristen Yahudi di Perantauan (Diaspora) memberikan jawaban praktis kepada kita pada saat ini sesuai dengan situasi waktu yang dialami oleh Jemaat Kristen Yahudi di perantauan pada saat itu. Masyarkat Kristen pada saat itu mengalami situasi penderitaan juga, sebagai akibat dari tindakan sesama mereka yang telah duluan mapan dalam situasi ekonomi. Di mana Jemaat Kristen Yahudi golongan bawah mengalami penindasan oleh sesama mereka sendiri. sehingga Jemaat Kristen menderita penyakit Mentalitas dan Rohani. Untuk itulah penulis Surat Yakobus datang melalui suratnya untuk menguatkan mereka yang sedang mengalami pergumulan yang sedemikian berat, memberikan arah tuntunan yang praktis yang dapat digunakan.
Bapak/ibu/sdr/I yang dikasihi oleh Tuhan…
Ada tiga situasi yang digambarkan oleh Yakobus kepada kita lewat Nas ini, yaitu:
a.     Penderitaan (Yak.5:13a)
Menurut Yakobus, dalam menghadapi penderitaan Mentalitas dan Spritual maka tindakan yang dilakukan adalah “προσυχέσθω artinya Berdoa”. Mengapa? Doa dalam hal ini menunjuk kepada ibadah dan persekutuan Orang Kristen. Sehingga J.L.Ch. Abineno, menyatakan bahwa berdoa ialah datang kepada Allah dan berkata-kata kepada-Nya sebagai Bapa. Namun hal itu hanya mungkin, kalau doa dilakukan dalam Nama Yesus, artinya berdasarkan pada korban yang telah Ia persembahkan di Golgota.[1] Sehingga Hallesby menyatakan bahwa doa adalah masuknya Yesus yang bangkit dengan kuasa kebagkitan-Nya memberi kebebasan dalam hidup kita, serta kemudian menggunakan wewenangnya untuk masuk ke dalam siatuasi apapun dan mengubah hal lain. Doa adalah tanda pertama dari kehadiran ilahi. Dan doa merupakan komponen penting dan utama dalam kehidupan iman Kristen. Doa adalah sarana pelepasan berkat yang telah disediakan oleh Allah bagi umat-nya. Namun terkadang doa sering mendapat tantangan karena konflik yang terjadi dalam komunitas orang Kristen. Karena perselisihan sudah melukai hati dan hubungan sesama orang Kristen. Sehingga hal ini perlu ditangani secara serius melalui kehidupan doa yang dinamis.
b.    Kegembiraan (Yak.5:13b)
Menurut Yakobus, dalam menghadapi situasi kegembiraan maka tindakan yang dilakukan adalah “ψαλλέτω artinya menyanyi lagu pujian. Menurut Hasan Sutanto, bernyanyi dalam hal ini bukan menyanyi seperti orang yang belum percaya kepada Tuhan, tetapi menyanyi untuk memuji Tuhan.[2] Karena bernyanyi adalah suatu cara untuk berdoa. Dan dalam doa kita harus selalu ada unsur pujian, juga kalau kita menderita (Hab. 3:17-19).
c.     Menderita Sakit (Yak.5:14)
Dalam situasi ini, hal yang perlu dilakukan menurut nasehat Yakobus ialah memanggil penatua, supaya penatua mendoakan orang yang sedang sakit dan mengolesnya dengan minyak. Mengapa harus Penatua yang kita panggil jika kita menderita suatu penyakit? Mengapa bukan ahli medis? Dan mengapa harus minyak yang dioleskan? Apa peranan minyak dalam hal ini? Menurut J. Wesley Briil, para penatua bertanggung jawab dalam hal mendoakan anggota jemaatnya.[3] Namun perlu diketahui bahwa bukan karena jabatan penatua ada penyembuhan, melainkan penyembuhan ada karena iman timbal balik antara penatua dan yang didoakan. Sehingga dalam ayat 15 berkata: Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni. Selain daripada itu, rasa sakit yang dimaksud oleh Yakobus bukan rasa sakit secara fisik melainkan rasa sakit secara mentalitas dan Spritualitas. Rasa sakit ini muncul akibat konflik yang terjadi di tengah-tengah kita sebagai satu komunitas Kristen. Oleh sebab itu, dalam ayat 16 tertulis: Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh.  Dosa dalam hal ini adalah konflik, ketidak cocokan dalam ranah hidup umat Kristen. Sehingga hal inilah yang perlu diselesaikan sebelum berdoa. Dan dalam hal inilah penatua berfungsi di tengah-tengah masyarakat Kristen, yaitu sebagai pendamping jemaat yang sedang konflik itu. Karena penatua adalah mereka yang dewasa dalam iman. Penatua menggunakan minyak. Minyak adalah media atau sarana yang digunakan untuk menyalurkan penyembuhan.
Bukti dari semua ini dapat kita lihat dalam ayat 17-18, di mana Yakobus menceritakan kembali seorang Nabi bernama Elia yang hidup pada masa raja Ahab dan ratu Izebel (1 Raj. 17:1-6). Ia adalah seorang  nabi yang hidup dalam kebenaran.
C.   Penutup
Bapak/ibu/sdr/I yang dikasihi oleh Tuhan…
Melalui perenungan Firman Tuhan ini, kita dinasehatkan untuk selalu berdoa kepada Tuhan dalam situasi apapun. Baik suka maupun duka. Namun, Syarat yang paling utama jika kita berdoa ialah kita harus berdoa dalam iman. Iman juga diwujudkan dengan saling mengaku dosa karena Kita harus menyadari kesalahan yang telah kita lakukan di hadapan Tuhan dan di hadapan sesama. Karena Saling mengaku dosa menunjukkan keterlibatan dan kesungguhan kita sebagai anggota jemaat. Sehingga Pemazmur berkata “Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan; Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku” (Mazmur 50:15). Amin.


[1] J.L.Ch. Abineno,Doa menurut Kesaksian PB,(Jakarta:BPK-GM;1997), hlm.56.
[2] Hasan Sutanto, Surat Yakobus,(Malang:Literatur SAAT;2006), hlm.234.
[3] J. Wesly Briil, Doa-doa dalam PB, (Bandung:Kalam Hidup;1998), hlm.70.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar